Temen Musik
Lika Liku Ares Membangun Sticker Band

Sebelum eksis di Sticker band, ada lika liku jalan yang dilalui oleh Ares, sang vokalis. Ares Sticker pernah membentuk sebuah band metal bersama keluarganya di Lampung Selatan.
“Pernah bentuk band metal, setelah lulus SMA Al Azhar 3 di lantai 3 itu udah luar biasa lah ya,” kata Ares, kepada NAGASWARA News, awal pekan kemarin.
Band metal tersebut dipimpin oleh ibu kandungnya sendiri yang merupakan musisi sekaligus seorang pemain bass.
Sedangkan personilnya adalah kakak-kakak kandung Ares.
Ibu kandungnya menjadi satu satunya wanita di band metal tersebut. Bahkan band yang bernama “Family” itu sudah dianggap senior.
“Namanya family, mainnya malah rock metal. Awalnya manggung-manggung kecil gitu di kota sana,” terang Ares.
Sayangnya, di tahun 2004 kakaknya yang nomor 5 meninggal dunia. Kenyataan pahit itu membuat personel Family yang lainnya memutuskan untuk bubar dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.
“Saya sendiri paling bungsu, nomor 6, memutuskan untuk jalan sendiri dengan band Melayu,” ujar Ares.
Di band Melayu tersebut awalnya Ares memakai nama “No Name” yang kemudian berganti nama jadi Sticker. Band Sticker itu menurut Ares punya filosofi bahwa band yang ia bangun bisa melekat di mana-mana.
Hanya saja, ketika itu “No Name” masih manggung dengan konsep campuran. Yakni kadang pop Melayu, di lain waktu Ares menuruti acara di event tertentu dengan konsep rock.
“Ya saya lebih ke pop Melayu, kakak saya ke rock, jadi manggung masing-masing,” terangnya.
Setelah Family bubar dan Ares mendirikan band “No Name”, ternyata banyak tawaran manggung di acara-acara festival.
Bahkan “No Name” sudah menghasilkan 15 lagu dan sem anya sudah direkam.
Salah satu judul lagunya adalah “Pangeran Hijau” ciptaan Ares.
“Semuanya ciptaan saya dan aransemen juga, genrenya benar-benar lagu rock dengan beat yang kencang,” paparnya.
Bersama No Name, Ares tetap tidak terlalu egois. Di dalam notasi lagu lagu rock tersebut, masih ada sisi majornya.
“Tapi semua full distorsi, dari awal lagu itu full distorsi, ada underground, ada punk rock, itu bertahan sampai 2008,” pungkasnya. [KimSadewa]
